Image taken from http://www.dikti.go.id/ |
Oke. Saat ini aku akan bercerita tentang pengalamanku menuju PTN.
Menjadi seorang dokter sudah merupakan cita-citaku sejak aku berumur 5 tahun. Oleh karena itu, aku sudah mempersiapkan secara matang segala hal yang dibutuhkan untuk SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Aku mengorbankan masa SMAku untuk mempersiapkan SNMPTN. Di saat teman-temanku mengadakan acara bersama, terkadang aku memilih untuk tidak mengikuti acara tersebut untuk mengerjakan tugas atau belajar. Setiap hari di masa SMAku aku habiskan untuk belajar, belajar, dan belajar. Bila diingat-ingat kembali, rasanya sulit untuk tidur di atas 6 jam sehari.
Baca Juga: Gagal SNMPTN Bukanlah Akhir Segalanya
Hasilnya memang memuaskan. Berbagai kesuksesan semasa SMAku telah memupuk kepercayaan diriku untuk lolos SNMPTN di FK UNAIR. Secara tanpa sadar, lama-kelamaan aku menjadi sombong dan terkadang meremehkan pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya penting. Salah satu batunya adalah Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Melihat track record SNMPTN dari tahun ke tahun yang tidak pernah menggunakan nilai UN sebagai pertimbangan SNMPTN, aku pun meremehkan UNBK dan memilih untuk tidak belajar hingga H-1.
Salah bunuh memberi bangun, salah cencang memberi pampas. Aku pun tidak lolos SNMPTN akibat nilai UN yang amburadul. Aku kaget, tidak memercayai apa yang kulihat. Halaman pengumuman SNMPTN ku-refresh berkali-kali. Hasilnya pun tetap sama, "Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2017." Aku yang waktu itu membuka pengumuman di sekolah, akhirnya pulang dengan muka lesu. Sesampainya di rumah, aku langsung masuk kamarku dan mengurung diri di kamar semalaman. Aku merenung dan memikirkan: Apa yang kurang? Bagaimana bisa aku tidak lolos seleksi SNMPTN? Setelah agak lama merenung, aku pun tertidur.
Saat aku bangun pagi, aku terpikirkan oleh mimpi yang kualami malam itu. Aku sadar bahwa aku telah menjadi sombong dan sering meremehkan hal-hal yang penting. Akhirnya, aku bertekad untuk belajar mati-matian untuk mempersiapkan SBMPTN. Waktuku belajar untuk SBMPTN sepertinya lebih banyak dari waktu tidurku. Setiap kali aku tidur dan bangun pagi, selalu ada buku di sampingku. Semakin dekat waktu tes SBMPTN, aku semakin takut dan skeptis mengenai kemungkinanku lolos SBMPTN.
Baca juga: 20 Hari Menuju FK UI
Singkat cerita, tes SBMPTN pun berhasil kulewati. Di sela-sela antara tes SBMPTN dan pengumumannya yang merupakan satu bulan paling mendebarkan dalam hidupku, aku juga mendaftar berbagai seleksi mandiri seperti UTUL UGM, Seleksi Mandiri UNAIR, dan lain-lain.
Pengumuman SBMPTN pun semakin dekat, semakin kencang pula aku berdoa. Buah dari doa yang kulakukan bukanlah perasaan bahwa aku akan lolos SBMPTN. Sebaliknya, tiba-tiba tercetus di kepalaku: Apapun yang terjadi, aku yakin bahwa itu adalah yang terbaik buatku. Pada hari pengumuman, jantungku berdetak semakin tidak menentu. Alhasil, aku akhirnya tidur hingga pukul 1 siang. Pengumuman tinggal 1 jam, aku akhirnya berdoa lagi. Pada pukul 2 siang yang merupakan waktu pengumuman SBMPTN, aku akhirnya memutuskan untuk berdoa hingga pukul 3 siang yang merupakan jam buka puasaku.
Setelah pukul 3 siang, aku memberanikan diriku untuk membuka pengumuman SBMPTN. Puji Tuhan, kerja kerasku mempersiapkan SBMPTN akhirnya terbalaskan. Aku berhasil lolos SBMPTN dan masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia!
Aku tidak pernah terbayang untuk dapat masuk ke perguruan tertinggi di Indonesia. Bahkan hingga SNMPTN pun, pandanganku hanya tertuju pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Syukurlah, Tuhan memiliki jalan yang lebih baik dari yang pernah kupikirkan.
Akhir kata, terima kasih telah membaca blog ini. Mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca.
Salam Blogger!😁
Hebattttt
ReplyDelete