20 Hari Menuju FK UI



Keep Praying and Study for FKUI 2017
Image taken from https://www.keepcalm-o-matic.co.uk/
Di post sebelumnya, aku telah bercerita tentang perjuanganku menuju PTN. Pada post kali ini, aku akan bercerita mengenai pengalaman SBMPTN ku.

Setelah melihat pengumuman SNMPTN yang mengecewakan, aku pulang dengan muka lesu dan mengunci diri di kamar semalaman. Penyesalan tidak berujung karena meremehkan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) semakin mematahkan semangatku.

Sewaktu pagi hari, terlintas di pikiranku: Untuk apa aku terus patah semangat? Toh tidak akan ada hasilnya. Lebih baik aku melihat ke depan dan bersiap untuk sesuatu yang lebih besar. Aku yakin kerja kerasku 3 tahun tidak akan sia-sia.

Pagi itu, aku langsung mendaftar untuk ikut bimbel intensif dan belajar terus menerus. Kebetulan ada bimbel yang terpercaya di Surabaya. Oleh karena itu aku mendaftar di sana. Aku mengambil program Full Day Class, dimana dalam sehari para peserta belajar selama 6 jam dengan disertai 1 jam istirahat, dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang.

Berbagai pelajaran kucermati, kukejar para tentor apabila ada pelajaran yang kurang jelas atau soal yang menantang, dan tentunya, belajar tanpa kenal lelah. Seringkali aku datang lebih pagi atau pulang lebih sore untuk mengejar para tentor. Untungnya, tentor-tentor yang kukejar berdedikasi tinggi untuk membantu muridnya. Alhasil, banyak tentor yang rela membuang waktu istirahat mereka untuk kutanyai. Selain itu, syukurlah, aku bersekolah di salah satu SMA terbaik di Surabaya. Guru kimiaku pun bersedia untuk kurepotkan dengan soal-soal SBMPTN yang terbilang BANYAK. 

Setiap hari, kemanapun aku pergi, selalu ada buku yang kupegang. Baik itu buku Tes Kemampuan Dasar Saintek (TKDS) maupun buku Tes Kemampuan Potensi Akademik (TKPA). Waktu tidurku bahkan lebih sedikit daripada waktu belajarku. Setiap hari aku menargetkan belajar minimal 12 jam. Jadi, sepulang dari bimbel, aku tidur siang sebentar, dan belajar lagi ketika bangun dari tidur. Ketika tanggal merah sekalipun, targetku bahkan lebih tinggi, aku belajar hingga 17 jam sehari.

Berawal dari passing grade 30%, aku pun merangkak naik. 37%, 41%, 52%, lalu 54%. Meskipun passing gradeku sudah memasuki kelas 50% keatas, namun passing grade (PG) ku masih di bawah passing grade Pendidikan Dokter Universitas Indonesia, yaitu 56%. Karena waktu SBMPTN yang terlalu mepet sehingga hampir mustahil untuk belajar lebih giat lagi, maka aku pun berkonsultasi dengan konselor bimbelku mengenai strategi mengerjakan tes SBMPTN. Setelah itu, selesailah masa bimbelku. Sisa beberapa hari menuju tes SBMPTN kuhabiskan dengan belajar dan berdoa.

Hari H tes SBMPTN pun telah tiba. Aku bangun jam 4 pagi untuk berdoa dan bersiap-siap untuk berangkat karena ada rumor bahwa biasanya terjadi banyak kemacetan di lokasi ujian. Jam 6 aku sudah stand-by di lokasi ujian. Sisa waktu sekitar 1 jam kuhabiskan untuk berdoa, membaca-baca ulang rumus, makan makanan ringan, dan mengecek lokasi kamar kecil. Ketika masuk ruang ujian, jantungku semakin berdebar. Aku berusaha untuk tetap tenang. Sesi pertama tes SBMPTN adalah tes TKDS yang meliputi Matematika IPA, Fisika, Kimia, dan Biologi. Aku sempat panik karena hanya yakin kurang dari 50% soal Saintek. Di Biologi, aku hanya bisa mengerjakan 4 dari 15 soal.

Selesai sesi pertama, panitia memberi waktu istirahat selama 30 menit. Aku keluar, menenangkan diri, Aku sudah melakukan sebisaku, sisanya kuserahkan kepada Tuhan, pikirku. Aku mengambil HP, menelpon orang tua, dan makan makanan ringan kembali agar aku tidak kelaparan saat ujian. Setelah itu, sesi kedua pun dimulai.

Sesi kedua merupakan tes TKPA yang meliputi Tes Potensi Akademik (TPA), Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Apabila TKDS terasa seperti siksaan di neraka, maka TKPA terasa seperti singgah di surga. Aku mampu mengerjakan hampir semua soal TKPA. Selesai tes, aku menelpon orang tuaku dan menenangkan diri. Aku mendengar orang di sebelahku berkata: Beda banget waktu selesai TKDS sama waktu selesai TKPA, plong banget rasanya. Apapun yang terjadi, aku sudah melalukan yang terbaik, yang bisa kulakukan hanyalah berdoa.

Penantian yang mendebarkan pun dimulai, yang merupakan satu bulan paling mendebarkan dalam hidupku. Pada waktu itu, tes SBMPTN dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2017, sedangkan pengumumannya pada tanggal 13 Juni 2017.

Semakin banyak berita mengenai SBMPTN yang kubaca, semakin takut aku menanti pengumuman. Peserta SBMPTN 2017 meningkat sekitar 10%, dari 731.326 peserta menjadi 797.023. Apalagi, pendaftar terbanyak di kategori Saintek adalah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang juga merupakan pilihan SBMPTNku! Universitas Indonesia menempati urutan kedua dalam jumlah peserta SBMPTN 2017 terbanyak setelah Universitas Padjadjaran.

Semua orang mempersiapkan SBMPTN selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun! Sedangkan aku, aku hanya memiliki waktu 20 hari untuk mempersiapkannya. Duh! Tahu gitu aku belajar dari dulu, kata itulah yang terbesit di pikiranku selama berhari-hari, sambil kembali menyesali betapa sombognya aku saat menjelang pengumuman SNMPTN. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan selalu datang terakhir. Di saat semua orang mulai mempersiapkan SBMPTN, aku masih asyik bermain dan menghabiskan waktu untuk bersantai.

Sambil menunggu pengumuman SBMPTN, aku juga mendaftar berbagai seleksi mandiri. Karena persaingan menuju FK UI yang terbilang cukup sengit, aku pun mendaftar Ujian Tulis (UTUL) Universitas Gadjah Mada, Tes International Undergraduate Program Universitas Gadjah Mada, dan Seleksi Mandiri Universitas Airlangga. Aku bahkan mengorbankan graduasi SMA untuk mengikuti tes mandiri.

Berbagai nazar pun kulakukan. Aku bernazar bahwa aku akan melakukan puasa 40 hari semenjak selesai UTUL UGM. Dalam nazarku, aku berdoa agar diberikan yang terbaik menurutNya. Menjelang pengumuman SBMPTN, aku pun semakin mantap menerima hasil pengumuman apa adanya. Aku sudah siap apabila tidak lolos SBMPTN. Pada hari H pengumuman SBMPTN, aku bangun sekitar jam 8 pagi. Setelah bangun, aku menjalani hariku seperti biasa. Karena bosan menunggu, aku pun akhirnya tertidur.

Setelah bangun dari tidurku, yaitu pukul 13.00. Aku berdoa selama satu jam. Setelah waktu menunjukkan pukul 14.00, yang berarti pengumuman SBMPTN sudah dirilis, aku tergerak untuk melanjutkan doaku dan bertekad untuk membuka pengumuman SBMPTN pada pukul 15.00, tepat pada waktu aku buka puasa.

Pengumuman SBMPTN


Hard work pays off, kalimat itu yang terbesit di pikiranku setelah membuka pengumuman SBMPTN. Pak, Bu, aku keterima di FK UI! Jantungku bahkan berdebar lebih kencang daripada sebelum aku membuka pengumuman SBMPTN. Aku me-refresh halaman pengumuman berkali-kali, memastikan bahwa apa yang kulihat adalah kenyataan. Sungguhan ta? pikirku. Terima kasih, Tuhan, hanya kata itu yang dapat kuutarakan selama beberapa saat.

Bagi kalian yang sedang berjuang mempersiapkan tes SBMPTN. Jangan pernah menyerah! Tidak lolos di satu universitas bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, Tuhan telah mempersiapkan yang lebih baik lagi bagimu. Teruslah berjuang dan gapai mimpimu!

Salam Blogger!😁





Comments